Muslimah Kaku

Alkisah, ada seorang gadis kecil yang mulai beranjak dewasa. Dia mengikuti sebuah bimbingan belajar bersama teman-temannya. Namun karena murid yang ikut belajar di bimbingan belajar tersebut tidak banyak, suasana kelas seperti semi privat. Seorang guru hanya mengajar 5 sampai 8 murid. Hal ini membuat murid di sana lebih cepat akrab dengan guru-guru di sana.

Begitu juga dengan gadis itu. Dia cepat akrab dengan siapa saja yang ditemuinya, terutama dengan guru Bahasa Indonesia itu. Pemuda yang ramah dan suka membantu setiap kali sang gadis menemui kesulitan dalam belajar.

Walaupun telah berjilbab, sebetulnya sang gadis belum terlalu paham apa yang seharusnya dilakukan seorang muslimah. Dia hanya menuruti apa kata hatinya. Kalau dia merasa itu baik maka akan dia lakukan, dan juga sebaliknya. Begitu juga dengan menjaga pandangan. Dia tidak pernah memandang langsung lawan bicaranya yang laki-laki. Dia tidak tahu itu benar atau salah. Yang dia tahu hanya hatinya lebih tenang dengan seperti itu.

Suatu hari, saat sedang berdiskusi dengan guru Bahasa Indonesia itu, dia disodori sebuah buku*. Halamannya telah ditandai oleh sang guru, halaman 176.

Muslimah Kaku**

Sebut saja Ina (bukan nama asli). Masalahnya begini, si Ina itu punya kebiasaan buruk (menurut istilah anak-anak cowo) kalo diajak bicara atau ngobrol selalu memandang ke arah lain (jaga pandangan). Kaku banget. Lawan bicaranya ada di depan, tapi dia ngelihatnya ke atas atau ke sisi lain. Setiap lawan bicaranya menggeser duduknya untuk ngepasin posisi pandangannya, si Ina pun ikut menggeser menjauhkan pandangannya dari lawan bicaranya.


“Eh, lo dengerin gua ngga sih?”
“Iya!”
“Lihatin gua dong kalau lagi ngomong!”
“Orang gini juga kedengeran ko.”
“Gua juga tahu muka gua jelek, tapi jangan gitu dong caranya.”

Sang gadis menunduk, bingung dengan maksud diberikannya buku itu oleh sang guru.

***

So, apakah sikap gadis itu terlalu kaku?? Menyebalkan?? Mungkin bagi sang guru iya. Tapi menyebalkan atau tidak, tergantung dari sudut pandang yang kita gunakan untuk menilai.

Wallahu a’lam.

*Buku “Jangan Jadi Muslimah Nyebelin (Asma Nadia)”
**Salah satu kisah di buku tersebut, halaman 176 – 179

11 thoughts on “Muslimah Kaku

Leave a reply to jauzaalkhansa Cancel reply