Salam perpisahanku untuk Ksatria “dengan dua panah di dadanya” (part 2)

Ada luka menganga di hatinya,
ada harap tak terucap di bibirnya,
ada kenangan tak terlupa di ingatannya,

ksatria ku yang terluka,
bersandar sambil memegangi dada
dua anak panah yang menancap

darah mengalir
sakit tak terperi
tapi Ksatria ku tetap membisu

Pangeran kecil ku,
dia adalah Ksatria yang sering kuceritakan padamu
dia yang akan kutunggu sampai batas waktu
karena waktu ku tidak lama
karena cinta adalah karena pada satu alasan yang taktergugat

Pangeran kecilku,
belajar lah darinya
dari keangkuhan sepasang telapaknya yang tak pernah tertengadah

tidak juga,
dia pernah melakukannya dulu
dulu sekali
ketika dunia masih begitu muda
ketika ksatria dan putri tercintanya masih bersama
musim panas sepanjang tahun
krim dan buah yang melimpah
musim gugur pendek
hanya untuk memamerkan bahwa daun merah juga dapat mempesona
musim dingin yang indah
dengan salju putih sehangat mentari
musim semi datang
membawa kabar dari surga…

Ya, pangeran kecil ku,
aku bukanlah putri yang dapat mengembalikan tawa sang ksatria

aku hanyalah…
entah

Bagaimana kau memandangku, pangeran kecil?
Siapakah aku?

Aku adalah
pendengar yang setia
penulis yang bersemangat
yang akan merekam hidup nya

Pangeran kecilku,
kenapa aku bisa seperti ini…
sedih dan gembira
sesak dan lega
dalam waktu yang sama?

<Pangeran kecilku ternyata sudah terlelap sejak tadi. Dan ternyata aku bicara seorang diri…>

4:38 06/10/2007

Thanks for your reply.. ^^